Ternak ruminansia mensyaratkan tersedianya sumber pakan serat kasar untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Ketersediaan bahan pakan ternak akhir-akhir ini terasa semakin terbatas. Hal ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga bahan baku pakan ternak, dan semakin menyusutnya lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman. Oleh karena itu, perlu dicari sumber daya baru yang potenisal untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif yang menggantikan sebagian atau seluruh hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan kepada penggunaan bahan konsentrat yang sudah lazim digunakan.
Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit sejak tahun 1911, dengan areal seluas 170 ribu ha. Pada Pelita IV perluasannya sudah mencapai 556.549 ha (Tim Penulis PS 1998). Diperkirakan bahwa produksi berkisar antara 12,5 – 27,5 ton tandan buah segar per ha per tahun (Coan, 1965). Dari seluruh produksi tandan buah sawit ini hanya sekitar 22,1% berupa hasil utama (minyak sawit 20%, dan minyak inti sawit 2,1%). Sekitar 2,2% berupa hasil ikutan (bungkil inti sawit) dan selebihnya yaitu 75,7% berupa limbah, antara lain tandan buah kosong (fresh Empty bunch), serat perasan buah (Palm Press fiber) dan lumpur minyak sawit (Palm Oil Suldge). Aritonang (1984) melaporkan bahwa semua bahan ini dapat digunakan sebagai komponen ransum ternak. Selain tandan buah kosong, daun kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan domba. Daun kelapa sawit dapat langsung diberikan kepada ternak maupun diproses terlebih dahulu seperti dengan melakukan silase maupun dengan perlakuan amoniasi. Hal ini dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat menambah persediaan bahan pakan ternak. Perlakuan dengan silase sangat diraskan keuntungannya karena lebih aman dan meningkatkan nilai nutrisi yang lebih baik serta mengawetkan limbah pertanian. Kandungan bahan kering, protein kasar dan kecernaan daun kelapa sawit yang telah dibuat silase dengan penambahan urea menjadi lebih meningkat dibandingkan tanpa pemakaian urea dan kecernaan bahan kering akan meningkat 45% terutama bila diberikan pada sapi (Ishida dan Hassan, 1992). Keuntungan lain dengan perlakuan amoniasi terutama dengan penggunaan urea, adalah selain pengerjaannya mudah, juga dapat meningkatkan kualitas dari pakan.
Proses Pembuatan Silase
Silase daun kelapa sawit diproses dengan mencacah daun kelapa sawit sebanyak ± 20 kg menjadi potongan sepanjang 2 – 3 cm. Daun kelapa sawit yang telah dicacah kemudian ditimbang sebanyak 5 kg. Cacahan daun kelapa sawit sebanyak 1 kg (kering udara) kemudian diperciki dengan larutan yang mengandung 1% urea diaduk secara merata kemudian dicampur dengan bahan aditif berupa tepung gaplek (4% untuk setiap 1 kg daun kelapa sawit kering udara) sampai benar-benar homogen. Bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam kantong plastik ukuran 5 kg, didapatkan dan ditutup rapat agar kedap udara dan disimpan selama 40 hari. Sebelum diberikan ke ternak silase diangin-anginkan selama 2 jam.
Proses Pembuatan Amoniasi
Daun kelapa sawit yang telah kering dicacah menjadi potongan 2 – 3 cm sebanyak 5 kg. Cacahan diperciki secara merata dengan larutan urea 3%. Cacahan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan secara perlahan-lahan didapatkan agar plastik tidak rusak. Kantong plastik diikat agar kedap udara dan disimpan. Setelah 30 hari kantong plastik dibuka, diangin-anginkan selama 2 jam, lalu diberikan ke ternk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar