Hasil sampingan usaha ternak adalah berupa limbah padat (feses) dan limbah cair (urin). Selama ini baru limbah padat yang telah dimanfaatkan untuk pupuk sedangkan untuk limbah cair masih sangat terbatas pemanfaatannya. Sampai saat ini urin belum banyak yang dimanfatkan sebagai pupuk tanaman secara terpisah dari feses, hal ini disebabkan karena belum adanya informasi teknologi mengenai pemanfaatan urin domba sebagai pupuk organik cair.
Manfaat Pupuk Organik
Manfaat pupuk organik adalah menambah zat atau unsur hara dalam tanah. Tanah yang miskin atau pun kurang subur memeiliki kandungan unsur hara yang kurang mencukupi bagi pertumbuhan, sehingga pemberian pupuk terutama pupuk yang bersifat organik secara langsung akan mampu menambah unsur hara yang kurang memadai tersebut serta memberikan tambahan unsur hara baru yang belum ada. (Ir. Agung S.Wibowo, MS. 2008)
Urin
Adalah zat-zat yang disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya adalah zat-zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urin. Urin mempunyai zat pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman (Prakhasih Aminudin 2002).
Menurut Susanto Rachman (2004), pupuk kandang cair adalah pupuk yang baik sebagai sumber hara tanaman. Melalui pengumpulan pupuk cair yang baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat dimanfaatkan dengan harga murah. Kandungan hara yang terdapat pada kotoran ternak cair dapat dijelaskan dari hasil penelitian S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.(1987) pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel.1. Jumlah unsur hara kotoran ternak cair.
Jenis | N | P | K | Ca | Hg | Na | Fe | Mn | Zn | Cu | Cr |
Sapi | 1,1 | 0,5 | 0,9 | 1,1 | 0,8 | 0,2 | 5726 | 344 | 122 | 20 | 6 |
Babi | 1,7 | 1,4 | 0,8 | 3,8 | 0,5 | 0,2 | 1692 | 507 | 624 | 510 | 25 |
Ayam | 2,6 | 3,1 | 2,4 | 12,7 | 0,9 | 0,7 | 1758 | 572 | 724 | 80 | 17 |
Marsono dan Paulus Sigit (2002), melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada kotoran ternak cair dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan hara kotoran ternak cair.
Nama Ternak | Kandungan hara (%) | Kadar air (%) | ||
N | P | K | ||
Sapi Kambing Domba Ayam Kerbau | 1.00 1.50 1,35 1,00 1,00 | 0,50 0,13 0,05 0,80 0,15 | 0,50 1,80 2,10 0,40 1,50 | 92 85 85 55 92 |
Sumber : Marsono dan Paulus Sigit 2002
Fermentasi Urin
Ada bermacam-macam cara pembuatan pupuk organik cair, berikut ini berbagai macam teknik pembuatan pupuk organik cair :
Kedaulatan rakyat (2007), Menyatakan bahwa bahan-bahan yang dibutuhkan berupa urine sapi 60 liter, air 40 liter, 1 kg jahe, 1 kg kunyit, 1 kg kencur, 2 kg laos, 2 kg temuawak, 2 kg temuireng, 2 kg jengkol, 2kg molases, 0,5 kg terasi, 100 ml EM4 dan 0,5 kg daun lamtoro. Pada langakah awal bahan-bahan jahe, kunyit, kencur, laos, temulawak, temuireng, jengol dan daun lamtoro ditumbuk sampai halus. Semua bahan yang telah dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam drum. Selanjutnya ditambah 60 loter urine sapi yang telah ditampung dalam drum plastik, lalu aduk bersama bahan-bahan lainnya. Langkah selanjutnya terasi dihaluskan, campurkan dengan molases, ditambahkan EM4, lalu didiamkan selama 2 jam. Campuran terasi molases dan EM4 dimasukkan ke dalam drum plastik. Setelah itu ditambah air lagi hingga mencapai volume 100 liter. Aduk semua bahan hingga homogen, lalu difermentasikan selama 21 hari.
Setiyarman (2004), menyatakan bahwa pembasmi hama berbahan urine sapi dibuat dengan cara urine sapi ditambah dengan empon-empon, yakni lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe dan kencur. Selain itu masih dicampur lagi dengan susu segar sapi dan tetes tebu serta terasi. Khusus untuk terasi bisa diganti dengan saren (darah hewan yang sudah dimasak). Perbandingannya, setiap 100 liter air kencing dibutuhkan 2 kg empon-empon, susu segar sapi 5 liter, dan tetes tebu 5 liter serta terasi 2 kilogram.
Promonosidi (2007), menyatakan bahwa proses pembuatannya, empon-empon ditumbuk lalu dicampurkan dengan semua bahan lainnya dalam drum plastik yang kemudian ditutup rapat. Terasi diremas terlebih dulu dengan air sebelum dicampurkan. Seluruh bahan campuran tersebut didiamkan selama 14 hari dengan ditutup rapat menggunakan plastik atau benda lainnya. Setiap tiga hari bahan campuran harus diaduk. Setelah 14 hari, hasil fermentasi tersebut telah siap untuk digunakan.
Naswir (2003), menyatakan proses fermentasi dilakukan dengan cara urine sapi ditampung dalam drum plastik hingga penuh, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan selama 20 hari. Dari hasil analisa laboratorium terhadap sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dapat dijelaskan dari hasil penelitian Naswir Setiyarman (2004) menyatakan bahwa pembasmi hama berbahan urine sapi dibuat dengan cara urine sapi ditambah dengan empon-empon, yakni lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe dan kencur. Selain itu masih dicampur lagi dengan susu segar sapi dan tetes tebu serta terasi. Khusus untuk terasi bisa diganti dengan saren (darah hewan yang sudah dimasak). Perbandingannya, setiap 100 liter air kencing dibutuhkan 2 kg empon-empon, susu segar sapi 5 liter, dan tetes tebu 5 liter serta terasi 2 kilogram.
Naswir (2003) menyatakan proses fermentasi dilakukan dengan cara urine sapi ditampung dalam drum plastik hingga penuh, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan selama 20 hari. Dari hasil analisa laboratorium terhadap sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dapat dijelaskan dari hasil penelitian Naswir (2003) pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi.
Unsur hara | N | P | K | Ca | Na | Fe | Zn | Warna |
Sebelum fermemtasi | 1,1 | 0,5 | 0,9 | 1,1 | 0,2 | 3726 | 101 | kuning |
Sesudah fermentasi | 2,7 | 1,5 | 1,3 | 5,8 | 7,2 | 7692 | 624 | hitam |
Sumber: Naswir (2003)
Cara penggunaan pupuk organik cair dan aplikasi untuk tanaman
Sedangkan dosis yang dianjurkan oleh Pramonosidi (2007), adalah dosis pupuk yang digunakan 250 cc dicampur dengan 14 liter air disemprotkan secara merata pada bagian tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar