Minggu, 30 Januari 2011

membuat urea molase mineral blok (UMMB)


MANFAAT
Urea molases Mineral Block (UMMB) sebagai pakan suplemen bermanfaat bagi ternak untuk melengkapi zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh sehingga membentuk komposisi yang seimbang untuk berproduksi secara maksimal.
Manfaat UMMB antara lain :
1. Menghindarkan ternak dari defisiensi vitamin (avitaminosis) dan defisiensi mineral.
2. Menghindarkan ternak dari kekurusan yang disebabkan oleh rendahnya nilai gizi pakan
    ternak (malnutrisi)
3. Membantu ternak dalam mempertahankan produksi.

BAHAN-BAHAN
Bahan sumber energi :
  • Molasses (tetes tebu)
  • Dedak halus (bekatul)
  • Gamblong atau ampas tapioka.
  • Onggok
  • Jagung
Bahan sumber nitrogen
  • Urea
  • Bungkil kedelai
  • Bungkil biji kapok
  • Ampas kecap
  • Ampas tahu
Bahan sumber mineral :
  • Kapur
  • Tepung tulang
  • Garam
  • Mineral komersial
Bahan-bahan diatas dapat dipilih atau diganti disesuaikan dengan potensi pakan lokal dan pertimbangan ekonomi.

CARA PEMBUATAN
Misalkan kita akan membuat 100 Kg
1.Molasses (40 lt) dipanaskan
2. Buatlah campuran dari dedak 30 Kg, dan tapioka 12 Kg.
3. Buat campuran dari urea 5 Kg, kapur 6 Kg, mineral 3 Kg dan garam 4 Kg.
4. Buat campuran dari no 2 dan no 3 sampai merata selanjutnya masukkan kedalam
5. Masukkan ke dalam cetakan yang ukurannya disesuaikan tergantung kebutuhan,
6. Angin-anginkan dan keringkan dalam oven atau sinar matahari.

POLA PEMBERIAN
Pemberian UMMB pada sapi potong usia dewasa sebanyak 200-400 gr/ekor/hari dan pada pedet sebanyak 150-250 gr/ekor/hari. Pemberian dapat dilakukan pada waktu pagi hari (sebelum diberi pakan), siang dan sore

TEKNOLOGI SILASE


Latar Belakang
            Di daerah tropik biasa terjadi dua musim yaitu musim basah (banyak hujan) dan musim kering (kemarau). Penanganan pengolahan hijauan makanan ternak yang dapat dijadikan pesediaan di musim kering patut mendapat perhatian lebih, terutama di wilayah yang mengalami musim kering-kemarau panjang.
Produksi hijauan yang melimpah biasanya terjadi pada musim hujan. Untuk mengantisipasi kebutuhan pakan pada musim kekurangan pakan dapat dilakukan pengawetan hijauan makanan ternak. Hijauan dipanen kemudian dikeringkan atau dibuat silase sehingga dapat disimpan untuk digunakan pada masa sulit hijauan. Proses ensilase memerlukan kondisi hijauan yang mempunyai kandungan air antara 40 - 60 % sebelum ditutup dalam suasana anaerob.
            Masalah yang dihadapi dalam pengawetan hijauan makanan ternak adalah diperlukannya proses pengeringan untuk mengurangi kadar air hijauan sehingga tidak dapat cepat rusak. Pengeringan hijauan dengan menggunakan sinar matahari sangat tergantung pada keadaan cuaca.Bisa dengan menggunakan alat dalam  proses pengeringan.
Silage adalah hijauan makanan ternak  yang tersimpan di silo dan telah mengalami fermentasi dalam suasana Anaerobi. Silo adalah tempat menyimpan silage tempat ini tak tembus udara atau hampir sempurna tak tembus udara.
            Proses ensilase ini terjadi karena bakteri-bakteri pembentuk asam susu, yakni bakteri Lactis acidi dan streptococcus yang hidup anaerob pada pH 4. Oleh sebab itu keadaan atau media semacam itu secepat mungkin diciptakan, agar proses ensilase segera berlangsung sebelum bahan hijauan itu dirusak oleh bakteri pembusuk dan jamur. Untuk dapat menciptakan keadaan tersebut ialah dengan jalan mengusahakan suasana anaerob dan suasana asam. Maka pada saat suasana anaerob, dimana sisa udara sudah dipakai atau dikeluarkan dengan cara menimbun hijauan yang padat dalam silo, maka pernapasan kegiatan ensym (fermentasi dan proteolisasi) menurun, tetapi kegiatan bakteri meningkat. Sehingga pada saat tertentu O2 akan habis terpakai oleh pernapasan sel-sel tanaman, akhirnya pernapasan berhenti. Dalam keadaan demikian jamur tak dapat tumbuh, tetapi bakteri masih aktif bekerja, menghasilkan asam organic. Dengan naiknya keasaman, berarti penurunan pH, bakteri kegiatannya akan terhambat. Pada pH 4, kegiatan bakteri berhenti dan pada saat tersebut proses ensilase telah selesai. Bila udara dan air tak masuk ke dalam silo, maka silase dapat tahan lama dalam penyimpanan.

Tujuan
1. Untuk mengatasi persediaan makanan ternak di musim kemarau panjang atau musim paceklik.
2.  Untuk menampung kelebihan produksi hijauan makanan ternak.
3. Mendayagunakan (memanfaatkan) hasil sisa pertanian ataupun hasil             ikutan  pertanian.
4. Memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik, yang mana pada saat itu belum dipergunakan.

PROSES PEMBUATAN SILASE
1. Persiapan
Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah:
a. Tetes tebu (melase)       : 3 % dari bahan silase
b. Dedak halus                   : 5 % dari bahan silase
c .Menir                              : 3,5 % dari bahan silase
d. Onggok                          : 3 % dari bahan silase
e. Hijauan atau rumput sebagai bahan silase
f. Lubang atau kantong plastik tempat hijauan dimasukan sebagai silo.


2. Proses pengisian
a. Hijauan yang akan disimpan dipotong pendek 5 cm – 10 cm, agar bisa tersusun rapat    dan padat, kemudian dicampur secara merata dengan bahan pengawet seperti: melase, dedak halus dan lain sebagainya.
b. Bahan tersebut kemudian dimasukan kedalam silo dan sekaligus dipadatkan sedikit demi sedikit secara bertahap.
c. Bahan ini akhirnya diisikan sampai melebihi permukaan silo; hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan adanya penyusutan volume, supaya tak terjadi cekungan pada permukaan.

3.  Penutupan
a. Sesudah selesai melakukan pengisian bahan ke dalam silo, ditutup rapat agar oksigen dan air tidak dapat masuk.
b. Pada penutupan pertama diberikan lembaran plastik, kemudian ditutup dengan tanah setebal yang diperlukan atau secukupnya.
c. Setelah penutupan tadi di atasnya diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik yang diisi dengan tanah.

4. Cara pengambilan silase
a. Setelah enam sampai delapan (6 – 8) minggu proses ensilase telah selesai, dan silo sudah dapat dibongkar untuk diambil silasenya. Hal ini tergantung kebutuhan, sebab proses pembuatan yang benar  dan silo yang baik maka silase itu bisa bertahan sampai bertahun-tahun, 2 - 3 tahun, bahkan belasan tahun.
b. Silase diambil secukupnya saja, misalnya untuk persediaan 5 - 7 hari.
c. Silase yang baru diambil hendaknya diangin-anginkan atau dijemur terlebih dahulu.
d. Setelah pengambilan silase, mulut silo harus ditutup kembali dengan rapat.

5. Ciri-ciri silase yang baik.
a. Rasa dan baunya asam
b. Warnanya masih tetap hijau
c. Tekstur rumput masih jelas
d. Tidak berjamur, tidak berlendir dan  juga tidak menggumpal.


Selasa, 25 Januari 2011

MEMBUAT OBAT CACING UNTUK SAPI SECARA MUDAH

Latar Belakang
Pemeliharaan sapi memerlukan penanganan yang baik dan sesuai prosedur pemeliharaan, salah satu aspek penting kesehatan ternak adalah pencegahan dan penanganan penyakit cacing. Penyakit cacing merupakan salah satu penyebab kerugian usaha sapi yang belum mendapatkan perhatian penuh dari peternak tapi kerugian yang ditimbulkan tampak jelas secara ekonomis.
Penyakit cacing pada saluran pencernaan sapi merupakan salah satu penyakit yang dapat menghambat produksai ternak. Cara yang efektif untuk mengatasi masalah penyakit cacing ini adalah dengan mengadakan penyuluhan dengan membekali pengetahuan peternak mengenai beberapa aspek produksi dan kesehatan ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak dan mengurangi penyakit caing pada ternak.
Penyakit cacing merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang hidup melalui larva yang masuk ke dalam tubuh ternak melalui pakan yang makan atau minum, penyakit cacing tidak menimbulkan kematian dalam waktu singkat, sebab cacing yang ada dalam tubuh memakan darah atau zat-zat yang dihasilkan oleh tubuh sapi, sehingga hal ini bila dilihat secara ekonomis sangat merugikan para peternak. Gejalanya seperti nafsu makan berkurang, bulu rontok, pertumbuhan terhambat dan berat badan menurun. Pemberian obat cacing dapat menggunakan bahan tradisional dan kimia.

Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit cacing maka ternak diberi ransum yang baik. Tempat minum di atas tanah, kebersihan kandang, hindarkan ternak dari tempat yang becek dan gembalakan di padang yang bebas cacing. Karena siput sebagai induk semang perantara dijumpai di rawa, tempat-tempat yang basah dan tempat yang jauh dari sungai maka hewan sedapat mungkin dijauhkan dari tempat tersebut dan air yang akan diberikan harus berasal dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah (Sarwono, 2003).

Proses Pembuatan obat Cacing
Bahan dan peralatan dalam pembuatan obat cacing yang diperlukan antara lain :
1.    tempe busuk 250 gram
Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif (Wikipedia, 2009).
2.    lengkuas atau laos 50 gram
Dalam farmakologi cina dan pengobatan tradisional lainnya disebutkan lengkuas merah memiliki sifat anti jamur dan anti parasit .Kandungan dari lengkuas ini adalah berupa minyak atsiri. Lengkuas berfungsi sebagai penetral racun dan mencegah tumbuhnya parasit yang ada dalam rumen (Hariani, 2007). Lengkuas (Alpina galanga SW) dikenal kaya kandungan kimia. Beberapa zat kimia yang sudah diketahui terkandung dalam tanaman yang dikenal dengan nama daerah laos, laja, atau isem ini adalah saponin, tanin, flavonoida, dan minyak atsiri. Selain itu, terdapat kandungan aktif basonin, eugenol, galangan, dan galangol (Republika, 2009).

3.    jamu pegal linu 1 bungkus
Jamu pegal linu berfungsi untuk meningkatkan kekebalan dan ketahanan tubuh, mencegah timbulnya penyakit (Hariani, 2007), selain hal tersebut jamu pegal linu juga bermanfaat untuk mengembalikan stamina pada tubuh terlebih setelah sakit. Jamu pegal linu terdiri dari bahan-bahan alami atau herbal berupa serbuk yang terdiri dari kunyit, kencur, jahe dan lainnya yang berguna untuk ketahanan tubuh, meningkatkan stamina tubuh dan menjaga kekebalan tubuh dari penyakit (Perwira, 2006).

4.     lumpang atau cobek,  penumbuk atau alu, parutan kelapa

Cara pembuatannya adalah mula-mula tempe busuk dilumatkan sampai halus dan lengkuas diparut, lalu dicampurkan dengan jamu pegal linu pada parutan lengkuas sampai merata. Selanjutnya seluruh bahan dicampur menjadi satu sambil ditumbuk sehingga bertambah lumat (Perwira, 2006).

Cara Pemberian Pada Ternak
Pemberian ramuan untuk pengobatan sapi atau kerbau adalah 60 gram setiap minggu selama 4 kali pemberian, sedangkan pada kambing/domba sebanyak 10-15 gram setiap minggu selama 4 kali pemberian. Untuk pencegahan pada sapi atau kerbau sebanyak 60 gram setiap bulan sekali dan kambing/domba sebanyak 10-15 gram setiap bulan sekali (Perwira, 2006).

Minggu, 23 Januari 2011

PELUANG USAHA PENGGEMUKAN ITIK LOKAL JANTAN PETELUR

D
ewasa ini, daging itik sudah mulai populer  dan digemari oleh masyarakat. Ini ditandai dengan maraknya warung-warung yang menjual produk olahan dari itik. Pada umumnya daging itik yang diperdagangkan berasal dari itik petelur dewasa afkir yang telah berumur lebih dari 3 tahun dan tidak produktif lagi. Hal tersebut mengakibatkan dagingnya kurang berkualitas ditinjau dari tekstur dan keempukan. Untuk mendapatkan daging itik muda yang berkualitas dapat diperoleh dengan memanfaatkan itik petelur jantan yang digemukan dengan masa pemeliharaan selama 42-49 hari.
Anak itik petelur jantan merupakan hasil penetasan telur itik untuk menghasilkan bibit itik petelur, dan dalam setiap penetasan rata-rata dihasilkan  anak itik jantan 50% dan anak itik betina 50%. Anak itik petelur jantan akan selalu diafkir dan dijual dengan harga murah, sementara itu belum banyak yang memanfaatkan  sebagai ternak penghasil daging (itik pedaging). Untuk itu usaha penggemukan itik jantan merupakan peluang usaha yang potensial.
Tatalaksana usaha penggemukan itik jantan adalah sebagai berikut:
1.    Bibit
Jenis itik petelur jantan yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pedaging. Antara lain itik Tegal, Mojosari (Mojokerto), Alabio, Muntilan (Magelang), Karawang (Cirebon), Indramayu, Bali (Pinguin), Turi, CV. 2000 INA, dan lain sebagainya.
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit antara lain : tidak ada cacat, sehat dan lincah, tidak ada benjolan didubur, dubur dan pusatnya kering dan tidak lengket.
2.    Perkandangan
Model kandang untuk penggemukan itik jantan cukup sederhana yaitu kandang bok dan postal. Kandang box digunakan untuk pemeliharaan 1-3 minggu, sedangkan kandang postal untuk pemeliharaan 3 minggu sampai panen. Kunci utama dalam pemeliharaan di kandang box adalah faktor pemanas. Pemanas yang bisa anda gunakan antara lain pemanas buatan (brooder) dengan sumber panas dari minyak tanah, briket batubara, LPG, lampu neon, dop dan sebagainya. Kepadatan kandang per m2 sekitar 30-40 ekor. Sedangkan pada kandang postal yang perlu mendapatkan perhatian adalah kepadatan kandang dan pemantauan laju pertumbuhan. Sering-seringlah mengganti atau menambah alas kandang baik dengan jerami, sekam, atau bahan lain sejenis.
3.    Pakan
Pakan DOD umur 1-3 minggu sebaiknya menggunakan pakan pabrikan (concentrate). Yang sering digunakan adalah jenis pakan starter untuk ayam pedaging. Multivitamin dan antibiotika juga perlu diberikan seperti vitachick, rhodivit, sorbitol dan lain sebagainya. Frekuensi pemberian pakan kalau bisa diusahakan lebih banyak dan teratur. Keuntungannya yang akan di dapat dengan frekuensi pemberian pakan lebih banyak adalah pakan yang kita berikan senantiasa fresh dan terkontrol. Setelah umur 3 minggu pakan bisa diganti dengan komposisi 1 bagian konsentrat dengan 2 bagian dedak. Bahan pakan alternatif lain yang bisa diberikan antara lain : siput, rejekan mie instan, ampas kelapa, bihun afkir, roti afkir dan lain sebagainya. Kadar protein yang dibutuhkan antara 16-22% dan energy metabolisme sekitar 2900-3000 kkal/kg.
Kebutuhan pakan dan minum per 100 ekor
Umur (minggu)
Jumlah pakan (kg)
Jumlah minum (ltr)
1
1,5
3,2
2
3
7,2
3
4
10,4
4
6,1
13,6
5
6,5
16
6
6,8
17,6
4.    Pencegahan penyakit
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
1)    penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa
2)    penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat

Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:
1)    Penyakit Duck Cholera
Penyebab: bakteri Pasteurela avicida. Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan. Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
2)    Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret. Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.

5.    Analisa usaha per 100 ekor dalam 42 hari (6 minggu) :
Biaya  
·         DOD 100 ekor  x Rp 3.000 = Rp 300.000
  • Pakan dedak l.k 50 kg x Rp 1.200 = Rp 60.000
  • Pakan pabrik 100 kg x Rp 5.500 = Rp 550.000
  • Obat-obatan Rp 50.000
  • Biaya lain-lain Rp 100.000
  • Total Pengeluaran Rp 1.060.000,-

Pendapatan
Asumsi bebek yang mati sebelum 6 minggu sebesar 15% (termasuk tinggi). Sehingga yang tersisa adalah 85 ekor dengan harga jual Rp 13.000/ekor maka akan di dapat pendapatan sebesar 85 ekor x Rp 13.000 = Rp 1.275.000,- (harga jual di beberapa daerah bisa tembus angka Rp 18.000-20.000/ekor dengan berat yang sama)

Keuntungan
Keuntungan = total pendapatan - total biaya = Rp 1.275.000 - 1.060.000 = Rp 215.000
            Keuntungan tersebut hanya untuk 100 ekor, maka kami menyarankan agar minimal memelihara  500 ekor. Selain itu keuntungan dpat dimaksimalkan dengan cara : menekan angka kematian, penggunaan pakan alternatif dan meningkatkan harga jual.

Daftar pustaka :

Admin, 2010. Usaha Penggemukan Itik Jantan dalam 40 hari, www.sentralternak.com, diakses pada tanggal 29 Oktober 2010.

Cahyono B,2008. Sukses Beternak Itik Jantan Lokal Afkir.Pustaka Mina. Jakarta.

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TERNAK (URIN) SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR

Hasil sampingan usaha ternak adalah berupa limbah padat (feses) dan limbah cair (urin). Selama ini baru limbah padat yang telah dimanfaatkan untuk  pupuk sedangkan untuk limbah cair masih sangat terbatas pemanfaatannya. Sampai saat ini urin belum banyak yang dimanfatkan sebagai pupuk tanaman secara terpisah dari feses, hal ini disebabkan karena belum adanya informasi teknologi mengenai pemanfaatan urin domba sebagai pupuk organik cair.
Manfaat Pupuk Organik
Manfaat pupuk organik adalah menambah zat atau unsur hara dalam tanah. Tanah yang miskin atau pun kurang subur memeiliki kandungan unsur hara yang kurang mencukupi bagi pertumbuhan, sehingga pemberian pupuk terutama pupuk yang bersifat organik secara langsung akan mampu menambah unsur hara yang kurang memadai tersebut serta memberikan tambahan unsur hara baru yang belum ada. (Ir. Agung S.Wibowo, MS. 2008)

 Urin
Adalah zat-zat yang disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya adalah zat-zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urin. Urin mempunyai zat pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman (Prakhasih Aminudin 2002).
Menurut Susanto Rachman (2004), pupuk kandang cair adalah pupuk yang baik sebagai sumber hara tanaman. Melalui pengumpulan pupuk cair yang baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat dimanfaatkan dengan harga murah. Kandungan hara yang terdapat pada kotoran ternak cair  dapat dijelaskan dari hasil penelitian S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.(1987) pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel.1. Jumlah unsur hara kotoran ternak cair.
Jenis
N
P
K
Ca
Hg
Na
Fe
Mn
Zn
Cu
Cr
Sapi
1,1
0,5
0,9
1,1
0,8
0,2
5726
344
122
20
6
Babi
1,7
1,4
0,8
3,8
0,5
0,2
1692
507
624
510
25
Ayam
2,6
3,1
2,4
12,7
0,9
0,7
1758
572
724
80
17
Sumber : S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.(1987)
Marsono dan Paulus Sigit (2002), melaporkan  bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada kotoran ternak cair dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan hara kotoran ternak cair.
Nama Ternak
Kandungan hara (%)
Kadar air (%)
N
P
K
Sapi
Kambing
Domba
Ayam
Kerbau

1.00
1.50
1,35
1,00
1,00
0,50
0,13
0,05
0,80
0,15
0,50
1,80
2,10
0,40
1,50
92
85
85
55
92
Sumber : Marsono dan Paulus Sigit 2002

Fermentasi Urin
Ada bermacam-macam cara pembuatan pupuk organik cair, berikut ini berbagai macam teknik pembuatan pupuk organik cair :
Kedaulatan rakyat (2007), Menyatakan bahwa bahan-bahan yang dibutuhkan berupa urine sapi 60 liter, air 40 liter, 1 kg jahe, 1 kg kunyit, 1 kg kencur, 2 kg laos, 2 kg temuawak, 2 kg temuireng, 2 kg jengkol, 2kg molases, 0,5 kg terasi, 100 ml EM4 dan 0,5 kg daun lamtoro. Pada langakah awal bahan-bahan jahe, kunyit, kencur, laos, temulawak, temuireng, jengol dan daun lamtoro ditumbuk sampai halus. Semua bahan yang telah dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam drum. Selanjutnya ditambah 60 loter urine sapi yang telah ditampung dalam drum plastik, lalu aduk bersama bahan-bahan lainnya.  Langkah selanjutnya terasi dihaluskan, campurkan dengan molases, ditambahkan EM4, lalu didiamkan selama 2 jam. Campuran terasi molases dan EM4 dimasukkan ke dalam drum plastik. Setelah itu ditambah air lagi hingga mencapai volume 100 liter. Aduk semua bahan hingga homogen, lalu difermentasikan selama 21 hari.
Setiyarman (2004), menyatakan bahwa pembasmi hama berbahan urine sapi dibuat dengan cara urine sapi ditambah dengan empon-empon, yakni lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe dan kencur. Selain itu masih dicampur lagi dengan susu segar sapi dan tetes tebu serta terasi. Khusus untuk terasi bisa diganti dengan saren (darah hewan yang sudah dimasak). Perbandingannya, setiap 100 liter air kencing dibutuhkan 2 kg empon-empon, susu segar sapi 5 liter, dan tetes tebu 5 liter serta terasi 2 kilogram.
Promonosidi (2007), menyatakan bahwa proses pembuatannya, empon-empon ditumbuk lalu dicampurkan dengan semua bahan lainnya dalam drum plastik yang kemudian ditutup rapat. Terasi diremas terlebih dulu dengan air sebelum dicampurkan. Seluruh bahan campuran tersebut didiamkan selama 14 hari dengan ditutup rapat menggunakan plastik atau benda lainnya. Setiap tiga hari bahan campuran harus diaduk. Setelah 14 hari, hasil fermentasi tersebut telah siap untuk digunakan.
Naswir (2003), menyatakan proses fermentasi dilakukan dengan cara urine sapi ditampung dalam drum plastik hingga penuh, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan selama 20 hari. Dari hasil analisa laboratorium terhadap sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dapat dijelaskan dari hasil penelitian Naswir Setiyarman (2004) menyatakan bahwa pembasmi hama berbahan urine sapi dibuat dengan cara urine sapi ditambah dengan empon-empon, yakni lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe dan kencur. Selain itu masih dicampur lagi dengan susu segar sapi dan tetes tebu serta terasi. Khusus untuk terasi bisa diganti dengan saren (darah hewan yang sudah dimasak). Perbandingannya, setiap 100 liter air kencing dibutuhkan 2 kg empon-empon, susu segar sapi 5 liter, dan tetes tebu 5 liter serta terasi 2 kilogram.
Naswir (2003) menyatakan proses fermentasi dilakukan dengan cara urine sapi ditampung dalam drum plastik hingga penuh, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan selama 20 hari. Dari hasil analisa laboratorium terhadap sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dapat dijelaskan dari hasil penelitian Naswir (2003) pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3.  Beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi.
Unsur hara
N
P
K
Ca
Na
Fe
Zn
Warna
Sebelum fermemtasi
1,1
0,5
0,9
1,1
0,2
3726
101
kuning
Sesudah fermentasi
2,7
1,5
1,3
5,8
7,2
7692
624
hitam
Sumber: Naswir (2003)
Cara penggunaan pupuk organik cair dan aplikasi untuk tanaman
Sedangkan dosis yang dianjurkan oleh Pramonosidi (2007), adalah dosis pupuk yang digunakan 250 cc dicampur dengan 14 liter air disemprotkan secara merata pada bagian tanaman.