Rabu, 09 Maret 2011

Teknologi Fermentasi Singkong - CASSAPRO


CASSAPRO merupakan hasil rekayasa untuk meningkatkan kandungan gizi dari berbagai bahan baku pakan yang bermutu rendah (cassava, onggok, bungkil inti sawit) dengan cara fermentasi sistem padat. Inokulum/starter yang digunakan adalah kapang Aspergillus niger alami aktif. Teknologi Cassapro dapat meningkatkan nilai gizi (kadar protein dan energi, menurunkan kadar serat) dari bahan baku pakan yang bermutu rendah seperti limbah padat cassava.  Cassaprodapat menghemat waktu, biaya produksi  dan teknologinya mudah diadopsi baik oleh peternak kecil maupun besar.
Setelah dianalisa kandungan nutriennya, antara onggok dan onggok terfermentasi berbeda. Yaitu, kandungan protein kasar dan protein sejati, masing-masing meningkat dari 2,2 menjadi 25,6 dan 18,4%. Sedang karbohidratnya menurun dari 51,8 menjadi 36,2%. Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Dan kandungan protein meningkat dari 2,2 menjadi 18,4%, dengan menggunakan urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen.
Bahan
  1. Singkong
  2. urea
  3. ammonium sulfat
  4. NaH2PO4
  5. KCl
  6. MgSO4
  7. FeSO4)
Pembuatan
  1. Singkong dikupas
  2. Ditambah air (50 – 60 %) dan Nutrien (urea, ammonium sulfat, NaH2PO4, KCl, MgSO4 dan FeSO4)
  3. Kukus selama 30 menit kemudian didinginkan
  4. Inokukasi dengan bakteri Aspergilus niger (0,2 – 0,5 % inokulum spora)
  5. Lakukan Inkubasi pada suhu ruang selama 4 – 5 hari
  6. Keringkan dan haluskan dengan cara digiling
  7. Cassapro siap digunakan

Selasa, 08 Maret 2011

MANFAAT TANAMAN AZOLLA (Azolla pinnata R. Br.)

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida 
Ordo: Salviniales
Famili: 
Azollaceae 
Genus: 
Azolla
Spesies: Azolla pinnata R. Br.

Di kawasan Timur, Selatan dan Tenggara Asia termasuk Indonesia di mana banyak diusahakan padi sawah, salah satu masalah yang dihadapi adalah kesuburan lahan yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalh produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun. Justru pada lahan sawah di kawasan tersebut, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen acapkali terbatas. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla.
Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas nutrisi yang baik. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina dan Vietnam sebagai sumber N bagi padi sawah. Azolla tumbuh secara alami di Asia, Amerika, dan Eropa.Azolla mempunyai beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra.




Suatu penelitian internasional di mana Indonesia (Batan) ikut terlibat yang diseponsori oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA-Wina) menggunakan 15N menunjukkan bahwa Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara dari 70 – 90%. N2-fiksasi yang terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Kandungan unsur hara dalam Azolla Unsur Jumlah N 1.96-5.30 (%), P 0.16-1.59 (%), K 0.31-5.97 (%), Ca 0.45-1.70 (%),Mg 0.22-0.66 (%),S 0.22-0.73 (%), Si 0.16-3.35 (%),Na 0.16-1.31 (%),Cl 0.62-0.90 (%),Al 0.04-0.59 (%),Fe 0.04-0.59 (%),Mn 66 - 2944 (ppm),Co 0.264 (ppm),Zn 26 - 989 (ppm).




Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertum-buhan Azolla adalah 0,355 – 0,390 gram per hari (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginoku-lasikan 200 g Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azolla tersebut akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azolla tersebut ditumbuhkan.
Dalam keadaan ini dapat dihasilkan 30 – 45 kg N/ha berarti sama dengan 100 kg urea. Ditemukan juga bahwa Azolla tumbuh kembang lebih baik pada musim penghujan daripada musim kemarau.
Kegunaan :
~Sumber N dapat mengganti pupuk urea sampai 100 kg
~Pakan ternak/hijauan, pakan ikan, terutama ayam dan itik
~Menekan pertumbuhan gulma
~Tanaman hias
~Kontrol terhadap perkembangan nyamuk

Hasil penelitian di Batan
Lapisan Azolla di atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan urea sebesar 50 kg urea/ha, kadangkala bila musim sangat baik Azolla dapat menghemat sampai dengan 100 kg urea/ha.
Aplikasi Azolla untuk menghemat penggunaan pupuk buatan.
Lokasi : Pusakanegara (Pantura) Perlakuan Produksi padi sawah (ton ha-1).

1. Lapisan Azolla + 50 kg urea 5
2. Lapisan Azolla + 100 kg urea 6
3. Lapisan Azolla + 150 kg urea 6,5
4. Tanpa lapisan Azolla + 150 kg urea 6
Kesimpulan: Optimal pada perlakuan No.2, menghemat 50 kg urea per ha.

Cara perbanyakan Azolla
1.    Buatlah stok Azolla dekat rumah dengan bak plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya.
2.    Semprot stok setiap 3 bulan sekali dengan pupuk P ( 1 sendok makan SP-36 per l air). Sebaiknya Sp-36 digerus halus agar mudah larut dalam air. Stok ini digunakan untuk bibit yang akan ditanam di lapang.
3.    Di lapang petak sawah dibatasi dengan bambu seluas 1m2.

Dengan mengaplikasikasikan Azolla 200 g/m2 :
I. Sampai dengan hari ke-5, Azolla akan berkembang, sehingga permukaan lahan tertutup penuh
II. Hari ke-10, menjadi 2 kali lipat
III. Hari ke-15, menjadi 4 kali lipat
IV. Hari ke-20, menjadi 8 kali lipat

Cara Menggunakan Azolla
1. Tebar Azolla bersamaan atau 1 minggu sebelum padi di bibit
2. Setelah lapangan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam
3. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh.

PEMANFAATAN AZZOLA YANG LAIN :
Untuk media tanam
Penggunaan azolla sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar, bisa juga dalam bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, Azolla juga baik untuk media tanam aneka jenis tanaman hias mulai dari bonsai, suplir, kaktus sampai mawar. Untuk media tanaman hias, selain digunakan secara langsung, kompos Azolla ini juga bisa dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3 : 1 : 1.
Untuk membuat kompos Azolla, caranya cukup mudah. Buat saja lubang ukuran (P x L x D) 3 x 2 x 2 meter. Kemudian Azolla segar dimasukkan ke dalam lubang. Seminggu kemudian Azolla dibongkar. Untuk mengurangi kadar air menjadi 15 per-sen, Azolla yang sudah terfermentasi tersebut lantas dijemur. Setelah agak kering, baru dikemas dalam kantong plastik atau langsung digunakan sebagai media tanam.

Pakan ternak dan ikan
Selain untuk pupuk dan media tanam, Azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, khususnya itik dan beragam jenis ikan omnivora dan herbivora. Sebagai pakan ternak, kan-dungan gizi Azolla cukup menjanjikan. Kandungan protein misalnya, mencapai 31,25 persen, lemak 7,5 persen, karbo-hidrat 6,5 persen, gula terlarut 3,5 persen dan serat kasar 13 persen.
Bila digunakan untuk pakan itik, penggunaan Azolla segar yang masih muda (umur 2 - 3 minggu) dicampur dengan ransum pakan itik. Berdasarkan hasil penelitian, campuran Azolla 15 persen ke dalam ransum ini, terbukti tidak berpengaruh buruk pada itik. Maksudnya, itik tetap menyantap pakan campuran Azolla ini dengan lahapnya. Produksi telur, berat telur dan konversi pakan juga tetap normal. Ini berarti penggunaan Azolla bisa menekan 15 persen biaya pembelian pakan itik. Tentu saja hal ini cukup me-nguntungkan peternak karena bisa mengurangi biaya pembelian pakan itik.
Sama seperti untuk itik, bila akan dimanfaatkan untuk pakan ikan, Azolla bisa diberikan secara langsung dalam keadaan segar. Boleh juga dengan mengolahnya terlebih dulu menjadi tepung. Tepung Azolla ini, selanjutnya digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat pakan buatan (pelet) untuk ikan.Berdasarkan kaji terap di lapangan, dalam keadaan segar Azolla bisa diberikan untuk pakan ikan gurami, tawes, nila dan karper. Dengan pemberian pakan berupa Azolla, terbukti ikan tetap bisa tumbuh pesat. Tak kalah dengan ikan lainnya yang diberi pakan buatan berupa pelet. Di saat harga pupuk, pakan ternak dan ikan mahal seperti belakangan ini, tak ada salahnya bila Azolla ini menjadi salah satu alternatif pilihan yang secara finansial cukup menguntungkan. Baik digunakan sendiri secara langsung atau untuk dibisniskan.
Azola juga bisa digunakan untuk campuran konsentrat sapi. Caranya azola dikeringkan dahulu, kemudian digiling dan dicapurkan kekonsentrat.

Senin, 07 Maret 2011

WASTELAGE (PAKAN DARI FESES SAPI)


PENDAHULUAN
Sapi membutuhkan pakan hijauan dan konsentrat untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. Pakan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi. Namun permasalahannya adalah semakin mahalnya harga bahan pakan konsentrat konvensional. Beban biaya pakan ini mencapai 70 % biaya produksi sehingga sudah tidak ekonomis lagi.
Di lain pihak feses sapi masih belum termanfaatkan optimal. Feses selama ini hanya dimanfaatkan sebagai pupuk organik.  Penelitian terkini menunjukan bahwa feses bisa dibuat untuk pakan ternak ruminansia.

TINJAUAN TEORI
Sebagai bahan pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak, BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya (Sihombing, 2000). Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat, namun di dalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Oleh karena itu, pemanfaatan kotoran ternak sebagai pakan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut (Arndt et al., 1979). Feses ternak ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secaraan a er ob (Prior et al., 1986).

BAHAN
No
Bahan
Jumlah
1
Feces Sapi (Kg segar)
6
2
Konsentrat/bekatul (Kg)
4
3
Tetes (ml)
50 - 100
4
EM-4 (cc)
25 – 50
5
Kantong plastic besar


CARA PEMBUATAN
Campurkan feses sapi dan dedak secara merata.
2.    Campurkan tetes denga EM 4.
3.    Campur secara merata campuran 1 dan 2.
4.    Masukan kedalam plastik. Ikat rapat sehingga menjadi anaerob.
5.    Biarkan selama 7 hari
6.    Setelah 7 hari dibongkar dan diangin-anginkan.
7.    Kemudian dikeringkan, digiling dan disimpan.

APLIKASI PEMBERIAN
Dapat diberikan tunggal dan dapat diberikan dengan dicampur dengan bahan pakan yang lain

Minggu, 06 Maret 2011

TEMPE FESES

PENDAHULUAN
Ternyata bukan manusia saja yang senang makan tempe, ternak pun sangat menyukai makanan ini. Yang berbeda disini hanya dari bahan baku saja, tempe manusia bahan baku berasal dari kacang kedelai sedangkan tempe ternak bahan bakunya berasal dari feses ternak. Oleh karena itu tempe ternak dikenal dengan tempe feses. Feses yang lazim digunakan adalah feses puyuh karena kandungan nutrisinya masih tinggi.
pembuatan tempe feses ini dilatarbelakangi oleh mahalnya pakan ternak konvensional sehingga sering kali menjadi beban biaya produksi. Pemanfaatan feses ini mempunyai tujuan : mendapatkan pakan ternak yang murah dan kandungan gisi yang tinggi dan mengurangi polusi udara.

TINJAUAN TEORI
Proses pembuatan tempe adalah proses peragian (fermentasi) oleh kapang Rhizopus sp,yaitu R. orizae, R. chlamidosporus. Spora kapang ini tumbuh pada kedelai dan membentuk benang-benang (miselium) yang mengikat biji-biji kedelai satu dengan lainsehingga didapatkan massa yang kompak. Selama waktu inkubasi, Rhizopus sp yangd igunakan adalah yang terdapat pada tempe yang sudah jadi atau pada bekas pembungkusnya. Spora kapang ini juga dapat diawetkan pada daun waru (Hibiscus tiliaceus).
Jamur yang berperanan dalam proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporusantara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika,biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen,perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai
Tempe yang baik bentuknya keras dan kering serta didalamnya tidak mengandungkotoran dan campuran bahan-bahan lain. Tetapi sayangnya tempe tidak dapat disimpanlama, maksimal tahan selama 2 x 24 jam. Setelah lewat masa itu kapang tempe akan mati,selanjutnya akan tumbuh jamur dna bakteri-bakteri lain yang dapat merobak protein sehingga tempe menjadi busuk.
secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibataktivitas enzim proteolitik.


BAHAN :
·         Feces puyuh/ayam
·         Ragi tempe
·         Daun pisang/plastik

CARA :
·         Feces di kukus
·         Dinginkan dan tambah ragi 2-3%
·         Bungkus dengan daun/plastik selama 2-3 hari
·         Biar bisa disimpan tempe feses ini digiling dan dikeringkan.

PEMANFAATAN DAUN KELAPA SAWIT UNTUK PAKAN RUMINANSIA

Ternak ruminansia mensyaratkan tersedianya sumber pakan serat kasar untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Ketersediaan bahan pakan ternak akhir-akhir ini terasa semakin terbatas. Hal ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga bahan baku pakan ternak, dan semakin menyusutnya lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman. Oleh karena itu, perlu dicari sumber daya baru yang potenisal untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif yang menggantikan sebagian atau seluruh hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan kepada penggunaan bahan konsentrat yang sudah lazim digunakan.
Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit sejak tahun 1911, dengan areal seluas 170 ribu ha. Pada Pelita IV perluasannya sudah mencapai 556.549 ha (Tim Penulis PS 1998). Diperkirakan bahwa produksi berkisar antara 12,5 – 27,5 ton tandan buah segar per ha per tahun (Coan, 1965). Dari seluruh produksi tandan buah sawit ini hanya sekitar 22,1% berupa hasil utama (minyak sawit 20%, dan minyak inti sawit 2,1%). Sekitar 2,2% berupa hasil ikutan (bungkil inti sawit) dan selebihnya yaitu 75,7% berupa limbah, antara lain tandan buah kosong (fresh Empty bunch), serat perasan buah (Palm Press fiber) dan lumpur minyak sawit (Palm Oil Suldge). Aritonang (1984) melaporkan bahwa semua bahan ini dapat digunakan sebagai komponen ransum ternak. Selain tandan buah kosong, daun kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan domba. Daun kelapa sawit dapat langsung diberikan kepada ternak maupun diproses terlebih dahulu seperti dengan melakukan silase maupun dengan perlakuan amoniasi. Hal ini dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat menambah persediaan bahan pakan ternak. Perlakuan dengan silase sangat diraskan keuntungannya karena lebih aman dan meningkatkan nilai nutrisi yang lebih baik serta mengawetkan limbah pertanian. Kandungan bahan kering, protein kasar dan kecernaan daun kelapa sawit yang telah dibuat silase dengan penambahan urea menjadi lebih meningkat dibandingkan tanpa pemakaian urea dan kecernaan bahan kering akan meningkat 45% terutama bila diberikan pada sapi (Ishida dan Hassan, 1992). Keuntungan lain dengan perlakuan amoniasi terutama dengan penggunaan urea, adalah selain pengerjaannya mudah, juga dapat meningkatkan kualitas dari pakan.

Proses Pembuatan Silase
Silase daun kelapa sawit diproses dengan mencacah daun kelapa sawit sebanyak ± 20 kg menjadi potongan sepanjang 2 – 3 cm. Daun kelapa sawit yang telah dicacah kemudian ditimbang sebanyak 5 kg. Cacahan daun kelapa sawit sebanyak 1 kg (kering udara) kemudian diperciki dengan larutan yang mengandung 1% urea diaduk secara merata kemudian dicampur dengan bahan aditif berupa tepung gaplek (4% untuk setiap 1 kg daun kelapa sawit kering udara) sampai benar-benar homogen. Bahan yang telah dicampur dimasukkan kedalam kantong plastik ukuran 5 kg, didapatkan dan ditutup rapat agar kedap udara dan disimpan selama 40 hari. Sebelum diberikan ke ternak silase diangin-anginkan selama 2 jam.

Proses Pembuatan Amoniasi
Daun kelapa sawit yang telah kering dicacah menjadi potongan 2 – 3 cm sebanyak 5 kg. Cacahan diperciki secara merata dengan larutan urea 3%. Cacahan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan secara perlahan-lahan didapatkan agar plastik tidak rusak. Kantong plastik diikat agar kedap udara dan disimpan. Setelah 30 hari kantong plastik dibuka, diangin-anginkan selama 2 jam, lalu diberikan ke ternk.

Minggu, 30 Januari 2011

membuat urea molase mineral blok (UMMB)


MANFAAT
Urea molases Mineral Block (UMMB) sebagai pakan suplemen bermanfaat bagi ternak untuk melengkapi zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh sehingga membentuk komposisi yang seimbang untuk berproduksi secara maksimal.
Manfaat UMMB antara lain :
1. Menghindarkan ternak dari defisiensi vitamin (avitaminosis) dan defisiensi mineral.
2. Menghindarkan ternak dari kekurusan yang disebabkan oleh rendahnya nilai gizi pakan
    ternak (malnutrisi)
3. Membantu ternak dalam mempertahankan produksi.

BAHAN-BAHAN
Bahan sumber energi :
  • Molasses (tetes tebu)
  • Dedak halus (bekatul)
  • Gamblong atau ampas tapioka.
  • Onggok
  • Jagung
Bahan sumber nitrogen
  • Urea
  • Bungkil kedelai
  • Bungkil biji kapok
  • Ampas kecap
  • Ampas tahu
Bahan sumber mineral :
  • Kapur
  • Tepung tulang
  • Garam
  • Mineral komersial
Bahan-bahan diatas dapat dipilih atau diganti disesuaikan dengan potensi pakan lokal dan pertimbangan ekonomi.

CARA PEMBUATAN
Misalkan kita akan membuat 100 Kg
1.Molasses (40 lt) dipanaskan
2. Buatlah campuran dari dedak 30 Kg, dan tapioka 12 Kg.
3. Buat campuran dari urea 5 Kg, kapur 6 Kg, mineral 3 Kg dan garam 4 Kg.
4. Buat campuran dari no 2 dan no 3 sampai merata selanjutnya masukkan kedalam
5. Masukkan ke dalam cetakan yang ukurannya disesuaikan tergantung kebutuhan,
6. Angin-anginkan dan keringkan dalam oven atau sinar matahari.

POLA PEMBERIAN
Pemberian UMMB pada sapi potong usia dewasa sebanyak 200-400 gr/ekor/hari dan pada pedet sebanyak 150-250 gr/ekor/hari. Pemberian dapat dilakukan pada waktu pagi hari (sebelum diberi pakan), siang dan sore

TEKNOLOGI SILASE


Latar Belakang
            Di daerah tropik biasa terjadi dua musim yaitu musim basah (banyak hujan) dan musim kering (kemarau). Penanganan pengolahan hijauan makanan ternak yang dapat dijadikan pesediaan di musim kering patut mendapat perhatian lebih, terutama di wilayah yang mengalami musim kering-kemarau panjang.
Produksi hijauan yang melimpah biasanya terjadi pada musim hujan. Untuk mengantisipasi kebutuhan pakan pada musim kekurangan pakan dapat dilakukan pengawetan hijauan makanan ternak. Hijauan dipanen kemudian dikeringkan atau dibuat silase sehingga dapat disimpan untuk digunakan pada masa sulit hijauan. Proses ensilase memerlukan kondisi hijauan yang mempunyai kandungan air antara 40 - 60 % sebelum ditutup dalam suasana anaerob.
            Masalah yang dihadapi dalam pengawetan hijauan makanan ternak adalah diperlukannya proses pengeringan untuk mengurangi kadar air hijauan sehingga tidak dapat cepat rusak. Pengeringan hijauan dengan menggunakan sinar matahari sangat tergantung pada keadaan cuaca.Bisa dengan menggunakan alat dalam  proses pengeringan.
Silage adalah hijauan makanan ternak  yang tersimpan di silo dan telah mengalami fermentasi dalam suasana Anaerobi. Silo adalah tempat menyimpan silage tempat ini tak tembus udara atau hampir sempurna tak tembus udara.
            Proses ensilase ini terjadi karena bakteri-bakteri pembentuk asam susu, yakni bakteri Lactis acidi dan streptococcus yang hidup anaerob pada pH 4. Oleh sebab itu keadaan atau media semacam itu secepat mungkin diciptakan, agar proses ensilase segera berlangsung sebelum bahan hijauan itu dirusak oleh bakteri pembusuk dan jamur. Untuk dapat menciptakan keadaan tersebut ialah dengan jalan mengusahakan suasana anaerob dan suasana asam. Maka pada saat suasana anaerob, dimana sisa udara sudah dipakai atau dikeluarkan dengan cara menimbun hijauan yang padat dalam silo, maka pernapasan kegiatan ensym (fermentasi dan proteolisasi) menurun, tetapi kegiatan bakteri meningkat. Sehingga pada saat tertentu O2 akan habis terpakai oleh pernapasan sel-sel tanaman, akhirnya pernapasan berhenti. Dalam keadaan demikian jamur tak dapat tumbuh, tetapi bakteri masih aktif bekerja, menghasilkan asam organic. Dengan naiknya keasaman, berarti penurunan pH, bakteri kegiatannya akan terhambat. Pada pH 4, kegiatan bakteri berhenti dan pada saat tersebut proses ensilase telah selesai. Bila udara dan air tak masuk ke dalam silo, maka silase dapat tahan lama dalam penyimpanan.

Tujuan
1. Untuk mengatasi persediaan makanan ternak di musim kemarau panjang atau musim paceklik.
2.  Untuk menampung kelebihan produksi hijauan makanan ternak.
3. Mendayagunakan (memanfaatkan) hasil sisa pertanian ataupun hasil             ikutan  pertanian.
4. Memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik, yang mana pada saat itu belum dipergunakan.

PROSES PEMBUATAN SILASE
1. Persiapan
Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah:
a. Tetes tebu (melase)       : 3 % dari bahan silase
b. Dedak halus                   : 5 % dari bahan silase
c .Menir                              : 3,5 % dari bahan silase
d. Onggok                          : 3 % dari bahan silase
e. Hijauan atau rumput sebagai bahan silase
f. Lubang atau kantong plastik tempat hijauan dimasukan sebagai silo.


2. Proses pengisian
a. Hijauan yang akan disimpan dipotong pendek 5 cm – 10 cm, agar bisa tersusun rapat    dan padat, kemudian dicampur secara merata dengan bahan pengawet seperti: melase, dedak halus dan lain sebagainya.
b. Bahan tersebut kemudian dimasukan kedalam silo dan sekaligus dipadatkan sedikit demi sedikit secara bertahap.
c. Bahan ini akhirnya diisikan sampai melebihi permukaan silo; hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan adanya penyusutan volume, supaya tak terjadi cekungan pada permukaan.

3.  Penutupan
a. Sesudah selesai melakukan pengisian bahan ke dalam silo, ditutup rapat agar oksigen dan air tidak dapat masuk.
b. Pada penutupan pertama diberikan lembaran plastik, kemudian ditutup dengan tanah setebal yang diperlukan atau secukupnya.
c. Setelah penutupan tadi di atasnya diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik yang diisi dengan tanah.

4. Cara pengambilan silase
a. Setelah enam sampai delapan (6 – 8) minggu proses ensilase telah selesai, dan silo sudah dapat dibongkar untuk diambil silasenya. Hal ini tergantung kebutuhan, sebab proses pembuatan yang benar  dan silo yang baik maka silase itu bisa bertahan sampai bertahun-tahun, 2 - 3 tahun, bahkan belasan tahun.
b. Silase diambil secukupnya saja, misalnya untuk persediaan 5 - 7 hari.
c. Silase yang baru diambil hendaknya diangin-anginkan atau dijemur terlebih dahulu.
d. Setelah pengambilan silase, mulut silo harus ditutup kembali dengan rapat.

5. Ciri-ciri silase yang baik.
a. Rasa dan baunya asam
b. Warnanya masih tetap hijau
c. Tekstur rumput masih jelas
d. Tidak berjamur, tidak berlendir dan  juga tidak menggumpal.


Selasa, 25 Januari 2011

MEMBUAT OBAT CACING UNTUK SAPI SECARA MUDAH

Latar Belakang
Pemeliharaan sapi memerlukan penanganan yang baik dan sesuai prosedur pemeliharaan, salah satu aspek penting kesehatan ternak adalah pencegahan dan penanganan penyakit cacing. Penyakit cacing merupakan salah satu penyebab kerugian usaha sapi yang belum mendapatkan perhatian penuh dari peternak tapi kerugian yang ditimbulkan tampak jelas secara ekonomis.
Penyakit cacing pada saluran pencernaan sapi merupakan salah satu penyakit yang dapat menghambat produksai ternak. Cara yang efektif untuk mengatasi masalah penyakit cacing ini adalah dengan mengadakan penyuluhan dengan membekali pengetahuan peternak mengenai beberapa aspek produksi dan kesehatan ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak dan mengurangi penyakit caing pada ternak.
Penyakit cacing merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang hidup melalui larva yang masuk ke dalam tubuh ternak melalui pakan yang makan atau minum, penyakit cacing tidak menimbulkan kematian dalam waktu singkat, sebab cacing yang ada dalam tubuh memakan darah atau zat-zat yang dihasilkan oleh tubuh sapi, sehingga hal ini bila dilihat secara ekonomis sangat merugikan para peternak. Gejalanya seperti nafsu makan berkurang, bulu rontok, pertumbuhan terhambat dan berat badan menurun. Pemberian obat cacing dapat menggunakan bahan tradisional dan kimia.

Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit cacing maka ternak diberi ransum yang baik. Tempat minum di atas tanah, kebersihan kandang, hindarkan ternak dari tempat yang becek dan gembalakan di padang yang bebas cacing. Karena siput sebagai induk semang perantara dijumpai di rawa, tempat-tempat yang basah dan tempat yang jauh dari sungai maka hewan sedapat mungkin dijauhkan dari tempat tersebut dan air yang akan diberikan harus berasal dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah (Sarwono, 2003).

Proses Pembuatan obat Cacing
Bahan dan peralatan dalam pembuatan obat cacing yang diperlukan antara lain :
1.    tempe busuk 250 gram
Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif (Wikipedia, 2009).
2.    lengkuas atau laos 50 gram
Dalam farmakologi cina dan pengobatan tradisional lainnya disebutkan lengkuas merah memiliki sifat anti jamur dan anti parasit .Kandungan dari lengkuas ini adalah berupa minyak atsiri. Lengkuas berfungsi sebagai penetral racun dan mencegah tumbuhnya parasit yang ada dalam rumen (Hariani, 2007). Lengkuas (Alpina galanga SW) dikenal kaya kandungan kimia. Beberapa zat kimia yang sudah diketahui terkandung dalam tanaman yang dikenal dengan nama daerah laos, laja, atau isem ini adalah saponin, tanin, flavonoida, dan minyak atsiri. Selain itu, terdapat kandungan aktif basonin, eugenol, galangan, dan galangol (Republika, 2009).

3.    jamu pegal linu 1 bungkus
Jamu pegal linu berfungsi untuk meningkatkan kekebalan dan ketahanan tubuh, mencegah timbulnya penyakit (Hariani, 2007), selain hal tersebut jamu pegal linu juga bermanfaat untuk mengembalikan stamina pada tubuh terlebih setelah sakit. Jamu pegal linu terdiri dari bahan-bahan alami atau herbal berupa serbuk yang terdiri dari kunyit, kencur, jahe dan lainnya yang berguna untuk ketahanan tubuh, meningkatkan stamina tubuh dan menjaga kekebalan tubuh dari penyakit (Perwira, 2006).

4.     lumpang atau cobek,  penumbuk atau alu, parutan kelapa

Cara pembuatannya adalah mula-mula tempe busuk dilumatkan sampai halus dan lengkuas diparut, lalu dicampurkan dengan jamu pegal linu pada parutan lengkuas sampai merata. Selanjutnya seluruh bahan dicampur menjadi satu sambil ditumbuk sehingga bertambah lumat (Perwira, 2006).

Cara Pemberian Pada Ternak
Pemberian ramuan untuk pengobatan sapi atau kerbau adalah 60 gram setiap minggu selama 4 kali pemberian, sedangkan pada kambing/domba sebanyak 10-15 gram setiap minggu selama 4 kali pemberian. Untuk pencegahan pada sapi atau kerbau sebanyak 60 gram setiap bulan sekali dan kambing/domba sebanyak 10-15 gram setiap bulan sekali (Perwira, 2006).